HUBUNGAN MRP, MRP II,
JIT, ERP dan TOC
Pendahuluan - Proses industri harus dipandang
sebagai suatu perbaikan terus menerus (continous inmprovement), yang
dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu
produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada
konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang
dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu kita dapat mengembangkan
ide-ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta
proses produksi yang ada saat ini.
Pengembangan suatu industri manufacturing
memerlukan perbaikan reformasi bisnis modern yang mencakup keseluruhan sistem
industri dari kedatangan material sampai distribusi kepada konsumen dan desain
ulang produk untuk masa mendatang. Sistem manajemen industri tradisional
memperlakukan departemen pemasaran sebagai departemen yang bertugas sekedar
menjual produk dan mengelola administrasi penjualan. Kondisi ini diperparah
lagi dengan departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang
berfungsi sekedar untuk menyetujui dan mengeluarkan pesanan produksi, tanpa
berpesan penting dalam peningkatan efisiensi, kualitas, daya saing dan
lain-lainya, sehingga tampak adanya kesenjangan komunikasi yang bertanggung jawab
memberikan informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu
perusahaan menerapkan strategi sistem perencanaan dan pengendalian
manufacturing untuk menghindari masalah yang mungkin terjadi pada proses
manufaktur nanti. Strategi-strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk
melakukan continous improvement antara lain MRP, MRP II, ERP, Just In Time
maupun TOC.
MRP (Material Requirement Planning) - adalah suatu metode untuk menentukan apa, kapan dan berapa jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari suatu perencanaan produksi.
MRP (Material Requirement Planning) - adalah suatu metode untuk menentukan apa, kapan dan berapa jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari suatu perencanaan produksi.
Input untuk MRP
1.
Master
production schedule (MPS)
MPS
adalah pembuatan jadwal secara terperinci tentang material atau komponen yang
harus tersedia untuk membuat suatu produk.
2.
BOM
(Bill Of Material), adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan
bahan baku yang
diperlukan untuk membuat suatu produk.
3.
Ketersediaan
Persediaan. Berbagai pengetahuan mengenai apa yang ada dalam persediaan
merupakan hasil dari manajemen persediaan yang baik,
4.
Order
pembelian yang sudah jatuh waktu. Pada saat pesanan pembelian dibuat, catatan
mengenai pesanan-pesanan itu dan tanggal pengiriman terjadwal harus tersedia di
bagian produksi sehingga pelaksanaan MRP dapat efektif.
5.
Lead
times, berapa lama waktu untuk mendapatkan komponen.
Pada metode MRP terdapat beberapa hal yang
mendasar, yaitu :
1.
Permintaan
material bersifat tergantung (dependent)
2.
Filosofi
pemesanan sesuai permintaan
3.
Ramalan/perkiraan
berdasarkan Master Prouction Schedule
4.
Konsep
pengawasan meliputi semua item
5.
Lot sizing bersifat beragam
6.
Memenuhi
kebutuhan produksi
7.
Tipe
persediaan adalah bahan mentah atau setengah jadi
Keuntungan MRP
1.
Investasi persediaan dapat ditekan serendah mungkin
2. Perencanaan dapat dilakukan secara detail dan
dapat berubah sesuai keadaan
3.
Penyediaan data untuk masa mendatang dengan basis tiap item
4.
Pengontrolan persediaan dapat dilakukan setiap saat
5.
Jumlah pemesanan berdasarkan kebutuhan
6.
Fokus pada waktu kebutuhan material
STUKTUR MRP
Kebanyakan system MRP terkomputerisasi,
analisisnya bersifat langsung dan serupa antara system terkomputerisasi satu
dengan lainnya, yang strukturnya terlihat pada gambar berikut:
JUST IN TIME (JIT)
Merupakan falsafah
pemecahan masalah yang berkelanjutan dan memang harus dihadapi yang dapat
menyebabkan sesuatu terbuang percuma. Karena banyak manfaat dari JIT maka
konsep ini sangat penting untuk dipelajari.
JIT adalah suatu
filosofi yang dikembangkan oleh Taiichi Ohno yang diterapkan dalam sistem
produksi Toyota Motor Company di Jepang yang menekankan pemborosan dan segala
sesuatu yang tidak memberi nilai tambah dengan menyediakan sumber daya pada
tempat dan waktu yang tepat. Filosofi meliputi suatu penekanan atas pengurangan
biaya setup, small lotsizes, sistem tarik, level produksi, dan
penghapusan waste. JIT adalah suatu filosofi manajemen yang bekerja keras untuk
menghapuskan barang sisa pabrikasi dengan melakukan produksi pada tempat dan
waktu yang tepat. Barang sisa diakibatkan oleh manapun aktivitas yang
menambahkan biaya tanpa menambahkan nilai, seperti perpindahan dan menyimpan.
Sistem JIT ini akan mengakibatkan persediaan lebih sedikit, jumlah pekerja
lebih sedikit, dan biaya produksi yang lebih rendah serta produk dapat
diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Terdapat tiga prinsip utama just in time
dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting
daripada output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan
tindakan pencegahan adalah lebih murah daripada pekerjaan mengulang.
Roger
G. Schroeder, mendefinisikan tujuan sistem just in time adalah memperbaiki laba
dan hasil investasi melalui pengurangan biaya, penurunan sediaan, dan perbaikan
mutu. Sarana untuk mencapai tujuan ini adalah menghilangkan pemborosan dan
melibatkan para pekerja di dalam proses produksi yang dilakukan dalam JIT
adalah pengurangan kesia-siaan dan pengurangan variabilitas.
1. Pengurangan
Kesia-siaan
Kesia-siaan dalam proses
produksi barang maupun jasa adalah pemberian penjelasan mengenai sesuatu yang
tidak menambah nilai produk, baik yang disimpan, diperiksa, terlambah
diproduksi, mengantre maupun yang rusak. Lebih jauh lagi, setiap kegiatan yang
menurut konsumen tidak menambah nilai produk merupakan suatu kesia-siaan. JIT
mempercepat proses produksi sehingga memungkinkan penghantaran produk kepada
konsumen lebih cepat dan persediaan dalam prosespun menurun jumlahnya, sehingga
memungkinkan pemanfaatan yang lebih produktif pada asset yang sebelumnya
disimpan dalam persediaan.
2. Pengurangan
Variabilitas
Menurut konsep JIT,
untuk menjalankan pergerakan bahan baku
maka manajer mengurangi variabilitas yang disebabkan factor internal maupun
eksternal.
Variabilitas
adalah setiap penyimpangan dari proses optimal yang mengantarkan produk
sempurna tepat waktu setiap saat. Semakin kecil variabilitas semakin kecil pula
kesia-siaan yang terjadi. Kebanyakan, terjadinya variabilitas timbul karena
perusahaan mentolerir kesia-siaan, atau karena manajemen yang jelek, yang
diantaranya dapat dirinci sebagai berikut:
1.
Karyawan,
fasilitas dan pemasok memproduksi unit-unit produk yang tidak sesuai dengan
standar, terlambat atau jumlah tidak sesuai.
2.
Engineering
drawing atau spesifikasi tidak akurat.
3.
Bagian
produksi mencoba memproduksi sebelum spesifikasi lengkap.
4.
Permintaan
konsumen tidak diketahui.
Walaupun
ada beberapa penyebab variabilitas, seringkali variabilitas tidak terlihat
karena persediaan menyembunyikan masalah. Oleh karena itu konsep JIT
diperlukan.
Oleh karena itu konsep
yang mendasari JIT adalah system “tarik” yaitu memproduksi satu unit lalu
ditarik ke tempat yang memerlukannya pada saat diperlukan.
Banyak perusahaan masih
menggerakkan bahan baku
melalui fasilitas dengan cara “dorong” yaitu pesanan ditumpuk di departemen
pemrosesan agar dapat dikerjakan pada setiap ada kesempatan. Jadi bahan baku didorong ke stasiun
kerja hulu tanpa memandang persediaan sumber daya. Sistem tarik dan dorong
merupakan antitesis dari konsep JIT.
FAKTOR KUNCI SUKSES
DALAM JUST IN TIME
Dengan memperhatikan
ilustrasi berupa penjelasan konsep JIT menunjang tercapainya Keunggulan
kompetitif maka dapat disimpulkan bahwa ada tujuh factor kesuksesan JIT yaitu:
1. Suppliers
Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah: Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan,
Pembeli dan pemasok membentuk kemitraan, Kemitraan JIT mengeliminir (Kegiatan
yang tidak penting, Persediaan dalam perjalanan, Pemasok yang jelek)
2. Layout
Tata letak memungkinkan
pengurangan kesia-siaan yang lain, yaitu pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku maupun manusia
menjadi fleksibel. JIT mempersyaratkan: a. Sel kerja untuk product family. b.
Pergerakan atau perubahan mesin. c. Jarak yang pendek. d. Tempat yang kecil
untuk persediaan. e. Pengiriman langsung ke area kerja.
3. Inventory
Persediaan dalam system
produksi dan distribusi sering dadakan untuk berjaga-jaga. Tehnik persediaan
yang efektif memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan Just In
Time merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk mempertahankan operasi
system yang sempurna yaitu jumlah yang tepat tiba pada saat yang diperlukan
bukan sebelum atau sesudah.
4. Schedulling
Jadwal yang efektif
dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka akan sangat
mendukung penerapan JIT. Penjadwalan yang lebih baik juga meningkatkan
kemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen., menurunkan persediaan dan
mengurangi barang dalam proses. JIT mensyaratkan: a. Mengkomunikasikan
penjadwakan kepada supplier. b. Jadwal bertingkat. c. Menekankan bagian dari
skedul paling dekat dengan jatuh tempo. d. lot kecil. e. Tehnik Kanban.
5. Preventive
Maintenance
Pemeliharaan
dilakukan dalam rangka untuk menjaga hal-hal yang diinginkan supaya tidak
terjadi atau tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin pada
fasilitas yang digunaka, maupun pelatihan karyawan secara terus-menerus agar
dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
MRP II (Manufacturing
Resources Planning)
Merupakan suatu sistem
informasi terintegrasi yang mengkoordinasikan pemasaran, manufacturing,
pembelian dan rekayasa melalui pengadopsian rencana produksi serta melalui
penggunaan satu data base terintegrasi guna merencanakan dan memperbaharui
aktivitas dalam sistem industri modern secara keseluruhan.
Sistem MRP II mencakup
dan mengintegrasikan semua aspek bisnis dari persuahaan industri manufaktur,
sejak perencanaan strategik bisnis pada tingkat manajemen puncak sampai
perencanaan dan pengendalian terperinci pada tingkat manajemen menengah dan
supervisor, kemudian memberikan umpan balik kepada tingkat manajerial
diatasnya. dimulai dari peramalan permintaan dan diaplikasikan ke perencanaan
strategik bisnis.
Perencanaan strategik
bisnis mengendalikan keputusan manufacturing terutama yang terkait dengan
manajemen produksi dan inventori. Didalam melakukan perencanaan produksi dan
inventori perusahaan industri modern melakukan langkah-langkah utama, yaitu
mengumpulkan data yang relevan dengan perencanaan produksi, mengembangkan data
tersebut, menentukan kapasitas produksi dan melakukan partnership meeting yang
terutama membicarakan isu-isu penting/khusus.
Dari rencana produksi,
yang mengacu kepada rencana permintaan dibuat rencana kebutuhan sumber daya,
yang implementasinya tertuang dalam Penjadwalan Produksi Induk (Master
Production Scheduling - MPS).
Aktivitas yang dilakukan
dalam MPS seperti menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem
perencanaan kebutuhan material dan kapasitas, merupakan perencana prioritas
bagi industri modern dalam perencana kebutuhan material, karena dalam mendesain
MPS faktor-faktor lingkungan manufacturing, struktur produk (BOM) horizon
perencanaan, waktu tunggu produk dan produk time fences, ikut menentukan proses
penyusunannya, sehingga format tampilan MPS, merupakan masukan bagi penyusunan
MRP.
MRP II merupakan
perluasan dari MRP dan merupakan perencanaan seluruh resources yang
diperlukan untuk menjalankan perusahaan. Variasinya meliputi
·
Service
Requirements Planning (SRP)
·
Business
Requirements Planning (BRP)
·
Distribution
Requirements Planning (DRP)
Merupakan software yang
mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam satu
sistem komputer yang dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari
departemen penjualan, HRD, produksi atau keuangan. Meski kebutuhannya berbeda,
ERP harus mampu memenuhinya. Satu syarat yang tidak boleh ditawar-tawar lagi
adalah terintegrasi, yang menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software
dalam satu logical database, sehingga memudahkan semua departemen berbagi
informasi dan berkomunikasi. Selain itu ERP merupakan sistem
informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur
maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis
yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan
bersangkutan. ERP berkembang dari (MRP II) dimana MRP II sendiri adalah hasil
evolusi dari Material
Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP
secara modular biasanya mengangani proses manufaktur, logistik, distribusi,
persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akunting perusahaan. Ini
berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol aktivitas bisnis
seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen
kualitas dan sumber daya manusia. ERP sering disebut sebagai Back Office
System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik secara umum tidak
dilibatkan dalam sistem ini.
Keuntungan dari ERP
Adalah untuk integrasi data keuangan, standarisasi proses operasi dan standarisasi data dan informasi. Keuntungan lain yang bisa diukur dengan menggunakan ERP adalah penurunan inventori, penurunan tenaga kerja secara total, peningkatan service level, peningkatan kontrol keuangan, penurunan waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi. Software ERP yang saat ini beredar, baik yang berlisensi bayar maupun open source antara lain SAP, JDE, BAAN, MFGPro, Protean dan Compiere.
Adalah untuk integrasi data keuangan, standarisasi proses operasi dan standarisasi data dan informasi. Keuntungan lain yang bisa diukur dengan menggunakan ERP adalah penurunan inventori, penurunan tenaga kerja secara total, peningkatan service level, peningkatan kontrol keuangan, penurunan waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi. Software ERP yang saat ini beredar, baik yang berlisensi bayar maupun open source antara lain SAP, JDE, BAAN, MFGPro, Protean dan Compiere.
Teori pembatas (Teory of
Constraint/TOC)
Filosofi manajemen yang
dikembangkan oleh Dr. Eliyahu M. Goldratt seorang ahli psikis Israel . TOC
Berbasis pada pernyatan bahwa ada pembatas atau kelemahan atau area kritis yang
akan menghambat pergerakan maju suatu proses.Jika kinerja/performasi untuk
ditingkatkan, suatu organisasi harus mengidentifikasi pembatasnya,
mengeksploitasi pembatasnya di dalam langkah pendek dan di dalam waktu yang
lebih lama, mencari jalan untuk mengatasi pembatas-pembatas (sumber daya yang
dibatasi). Hal ini dituangkan Goldratt pada buku karangannya ”The Goal”
1.
Identifikasi
constraint
2.
Putuskan
bagaimana mengeksploitasi constraint
3.
Jabarkan
dan sinkronisasikan semua hal untuk membuat keputusan
4.
Tingkatkan
kinerja constraint
5.
Jika
dari langkah 1 sampai 4 ada yang berubah, ulangi kembali dari langkah 1
Ke 5 langkah tersebut
biasanya disebut ‘5 step of TOC’ dan merupakan prinsip dasar dalam
mengembangkan solusi TOC secara generik, yang mencakup pengelolaan proses,
inventori, rantai supply, pengembangan produk.
Teori pembatasnya
terdiri dari :
1.
Mengidentifikasi
sistem pembatas è
tidak ada peningkatan yang mungkin kecuali kalau pembatas atau hubungan yang
sangat lemah ditemukan.
2.
Memutuskan
bagaimana cara mengeksploitasi sistem pembatas è membuat pembatas
seefektif mungkin.
3.
Tetap
memperhatikan bagian-bagian lain yang mempengaruhi pembatas è tetap memperhatikan bagian lain dari sistem
yang mendukung pembatas, sekalipun ini mengurangi efisiensi sumber daya yang
bukan merupakan pembatas.
4.
Menaikkan
sistem pembatas è pengembangan kapasitas
pembatas untuk mendapatkan level performansi yang lebih tinggi.
5.
Jika
suatu pembatas sudah terselesaikan maka lanjutjan kembali ke cara pertama yaitu
mengidentifikasi pembatas-pembatas lain guna proses peningkatan berkelanjutan.
Tujuan dari TOC :
1.
Meningkatkan throughput.
2.
Menekan inventori
3.
Mempertahankan
atau menghilangkan biaya operasi.
Hubungan antara MRP, MRP
II, ERP, JIT dan TOC
MRP dapat dinyatakan
sebagai teknik perencanaan dan penjadwalan, sedangkan JIT dapat dinyatakan
sebagai cara menggerakkan bahan baku
secara cepat. Kedua konsep tersebut dapat diintegrasikan secara efektif dengan
melalui:
1. Tahap pertama, paket
MRP dikurangi misalnya yang semula mingguan menjadi harian atau jam-jaman.
Paket dalam hal ini diartikan sebagai unit waktu dalam system MRP.
2. Tahap kedua, rencana
penerimaan yang merupakan bagian rencana pemesanan perusahaan dalam system MRP
dikomunikasikan melalui perakitan untuk tujuan produksi secara berurutan.
3. Tahap ketiga,
pergerakan persediaan di pabrik berdasarkan JIT.
4. Tahap keempat,
setelah produksi selesai, dipindahkan ke persediaan seperti biasa. Penerimaan
produk ini menurunkan jumlah yang dibutuhakan untuk rencana pemesanan
selanjutnya pada system MRP.
5. Tahap terakhir
menggunakan back flush yang berarti menggunakan bill ogf material untuk
mengurangi persediaan, berdasarkan pada penyelesaian produksi suatu produk.
Penggabungan
MRP dan JIT menghasilkan jadwal utama yang baik dan gambaran kebutuhan yang
akurat dari system MRP dan penurunan persediaan barang dalam proses. Meski
demikian, penggunaan system MRP dengan paket kecil saja sudah bisa sangat
efektifdalam mengurangi persediaan.
MRP
sistem adalah jantung dari Enterprises requirement Planning (ERP).
Walaupun sesungguhnya ERP hanyalah sebuah istilah baru bagi MRP pada
tahun-tahun terakhir ini.
Prospek MRP dan MRP II
·
Melakukan
koordinasi strategi perusahaan di antara departemen/area fungsional
·
Memberikan
respon yang cepat terhadap what-if questions pada berbagai level rinci
·
BOM,
modul-modul pembelian, dan customer order entry adalah persyaratan
standar dalam Manufacturing Information Systems
·
Membangun
kepercayaan (trust), teamwork dan keputusan yang lebih baik
·
Perencanaan
cash-flow dan proyesi profit/cost
Hubungan antara MRP, MRP
II, ERP, JIT, maupun TOC
Ketiganya merupakan
suatu metodologi fabrikasi / filosofi manajemen pengontrolan sistem manufaktur
yang diterapkan pada sebuah perusahaan dengan tujuan utamanya adalah
menyelesaikan permasalahan manufaktur yang terjadi pada suatu perusahaan guna
melakukan continous improvement. Tetapi perbedaan dari kelima filosofi
tersebut adalah pada cara menyelesaikan masalah. Ada yang dengan cara mengurangi pemborosan
(waste elimination) baik dalam material/barang, biaya, maupun waktu yang
berkaitan dengan proses manufaktur, ada yang mengidentifikasi pembatas-pembatas
yang menghalangi kemajuan suatu proses, dan ada yang mengatur sistem
perencanaan produksi baik menggunakan cara konvensional maupun modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar